KOLAKA – PT Vale Indonesia bersama perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd memulai pengembangan proyek Blok Pomalaa di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Minggu (27/11/2022).
Proyek tersebut akan beroperasi di bawah naungan PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI) dan ditargetkan dapat mencapai penyelesaian mekanik pada akhir tahun 2025.
Dalam acara tersebut, Eduardo Bartolomeo, Chief Executive Officer Vale mengatakan, kegiatan ini merupakan batu loncatan besar yang memposisikan Vale dan Indonesia untuk memasok sumber nikel yang berkelanjutan dan bertanggung jawab jauh ke masa depan.
Ia percaya, Indonesia memiliki peran penting dalam mega-tren elektrifikasi dan dekarbonisasi global dengan potensi untuk menjadi produsen nikel paling berkelanjutan di Asia dengan standar ESG tertinggi.
“Kami berkomitmen untuk berperan aktif dalam perjalanan ini,” katanya.
Hal senada diungkapkan oleh Deshnee Naidoo, Presiden Komisaris PT Vale dan Executive Vice President Vale’s Base Metals Business. Menurut dia, Indonesia siap menjadi pemain kunci dalam transisi energi global serta akan memainkan peran integral dalam mengubah masa depan menjadi lebih baik.
“Hari ini kita melihat sekilas masa depan itu, dan kami berharap dapat melanjutkan perjalanan ini dengan mitra kami di Indonesia
bersama,” ujarnya.
CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengaku bangga dapat memulai pembangunan Blok Pomalaa yang akan menjadi bagian penting dari upaya percepatan hilirisasi nikel Indonesia produksi. Proyek ini, kata dia, sangat penting bagi pertumbuhan Vale dan menandai babak baru dalam perjalanan PT Vale Kontribusi 54 tahun untuk Indonesia.
“Komitmen kami untuk menghindari penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik merupakan bukti nyata komitmen PT Vale untuk memperluas operasi secara bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk manfaat sosial ekonomi lokal dan pemangku kepentingan nasional jauh ke depan,” sambungnya.
Proyek Blok Pomalaa merupakan Proyek Strategis Nasional dengan menggunakan High-Pressure Acid Huayou Leach (HPAL) teknologi untuk menghasilkan hingga 120.000 ton nikel per tahun dan didukung oleh pembangkit listrik non batubara. Blok HPAL Pomalaa ditargetkan untuk menghasilkan produk bernama Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang dapat diproses lebih lanjut menjadi material yang sesuai untuk baterai kendaraan listrik (EV).
Blok HPAL Pomalaa dan produk-produknya diharapkan dapat terus mewujudkan komitmen PT Vale Indonesia untuk berkontribusi dalam elektrifikasi global dan inisiatif dekarbonisasi.
Sementara itu, Ketua Chen dari Zhejiang Huayou Cobalt co mengatakan bahwa PT Vale dan Huayou berkomitmen untuk membangun proyek kelas dunia dengan teknologi tinggi, emisi rendah, dan energi hijau, untuk berkontribusi pada pembangunan industri nikel Indonesia yang berkelanjutan dan berkualitas tinggi.
Gubernur Sultra, Ali Mazi, mendukung bisnis hilir PT Vale sesuai dengan program pemerintah. Apalagi menggunakan teknologi HPAL, teknologi rendah untuk mengurangi emisi karbon. Ia juga berjanji akan membantu PT Vale dalam menyelesaikan izin AMDAL.
“Kami mengucapkan selamat dan sukses kepada PT Vale yang telah resmi memulai proyek blok Pomalaa, berharap proyek ini dapat menyejahterakan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah,” dia melanjutkan.
“PT Vale tidak perlu takut karena pertambangan di Sulawesi Tenggara akan terus berlanjut,” katanya.
Keberlanjutan proyek PT Vale di Blok Pomalaa juga mendapat lampu hijau dari Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Ia menegaskan, proyek PT Vale ini harus jalan terus. Pasalnya, proyek ini akan membangun ekosistem untuk baterai litium.
“Untuk masalah perizinan akan segera diselesaikan. Saya tegaskan, tidak ada proyek itu terlambat karena alasan terhalang oleh prosedur,” tandasnya. (AS)